Selasa, 23 September 2014

Sinopsis Unsur Interinsik dan Eksterinsik Negeri 5 Menara (Ade Abid Subhan No.1)

Sinopsis: Negeri 5 Menara Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Alif dari kecil sudah bercita-cita ingin menjadi B.J Habibie, maka dari itu selepas tamat SMP Alif sudah berencana melanjutkan sekolah ke SMU negeri di Padang yang akan memuluskan langkahnya untuk kuliah di jurusan yang sesuai. Namun, Amak menginginkan Alif jadi penerus Buya Hamka, membuat mimpi Alif kandas. Alif diberi pilihan sekolah di sekolah agama atau mondok di pesantren. Sempat marah tapi akhirnya Alif ikhlas karena alif tidak ingin mengecewakan harapan orang tua khususnya ibu, alif pun menjalankan keinginan ibunya dan masuk pondok. Atas saran dari pamannya di Kairo, Alif kecil pun memutuskan untuk melanjutkan sekolah di pondok yang ada di Jawa Timur: Pondok Madani. Walaupun awalnya amak berat dengan keputusan Alif yang memilih pondok di Jawa bukan yang ada di dekat rumah mereka dengan pertimbangan Alif belum pernah menginjak tanah di luar ranah minang, namun akhirnya ibunya merestui keinginan Alif itu. Awalnya Alif setengah hati menjalani pendidikan dipondok karena dia harus merelakan cita-citanya yang ingin kuliah di ITB dan menjadi seperti Habibie. Namun kalimat bahasa Arab yang didengar Alif dihari pertama di PM (pondok madani) mampu mengubah pandangan Alif tentang melanjutkan pendidikan di Pesantren sama baiknya dengan sekolah umum. "Mantera" sakti yang diberikan kiai Rais (pimpinan pondok) man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil. Dan Alif pun mulai menjalani hari-hari di pondok dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh. Di PM Alif berteman dengan Raja dari Medan, Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan si jenius Baso dari Gowa, Sulawesi. Ternyata kehidupan di PM tidak semudah dan sesantai menjalani sekolah biasa. Hari-hari Alif dipenuhi kegiatan hafalan Al-Qur'an, belajar siang-malam, harus belajar berbicara bahasa Arab dan Inggris di 6 Bulan pertama. Karena PM melarang keras murid-muridnya berbahasa Indonesia, PM mewajibkan semua murid berbahasa Arab dan Inggris. Belum lagi peraturan ketat yang diterapkan PM pada murid yang apabila melakukan sedikit saja kesalahan dan tidak taat peraturan yang berakhir pada hukuman yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya. Tahun-tahun pertama Alif dan ke-5 temannya begitu berat karena harus menyesuaikan diri dengan peraturan di PM. Hal yang paling berat dijalani di PM adalah pada saat ujian, semua murid belajar 24 jam nonstop dan hanya beberapa menit tidur. Mereka benar-benar harus mempersiapkan mental dan fisik yang prima demi menjalani ujian lisan dan tulisan yang biasanya berjalan selama 15 hari. Namun disela rutinitas di PM yang super padat dan ketat. Alif dan ke-5 temannya selalu menyempatkan diri untuk berkumpul di bawah menara masjid, sambil menatap awan dan memikirkan cita-cita mereka ke depan. Ditahun kedua dan seterusnya kehidupan Alif dan rekan-rekannya lebih berwarna dan penuh pengalaman menarik. Di PM semua teman, guru, satpam, bahkan kakak kelas adalah keluarga yang harus saling tolong menolong dan membantu. Semua terasa begitu kompak dan bersahabat, sampai pada suatu hari yang tak terduga, Baso, teman alif yang paling pintar dan paling rajin memutuskan keluar dari PM karena permasalahan ekonomi dan keluarga. Kepergian Baso, membangkitkan semangat Alif, Atang, Dulmajid, Raja dan Said untuk menamatkan PM dan menjadi orang sukses yang mampu mewujudkan cita-cita mereka menginjakkan kaki di benua Eropa dan Amerika. Kini semua mimpi kami berenamtelah menjadi nyata. Kami berenam telah berada lima Negara yang berbeda, sesuai dengan lukisan dan imajinasi kita di awan. Aku (Alif) berada di Amerika, Raja di Eropa, sementara Atang di Afrika, Baso berada di Asia, sedangkan Said dan Dulmajid sangat nasionalis mereka di Negara kesatuan Indonesia tercinta. Di lima menara impian kami. Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Pendengar. Man jadda wajadda, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil… Novel ini benar-benar memberikan inspirasi bagi siapa saja yang ingin sukses dan berhasil, bahwa dimana ada usaha disitu ada jalan. Dan ikhlaslah dalam menjalani apapun yang ada dikehidupan kita, niscaya usaha dan keikhlasan hati akan diridhoi Tuhan Yang Maha Esa. Sebuah novel yang terinspirasi dari kisah nyata ini banyak memberikan pelajaran hidup bagi kita. Mulai dari semangat belajar para sahibul menara, kesabarannya, dan pegorbanan mereka demi menimbah ilmu di Pondok Madani. Semoga dari pengalaman mereka dapat memberikan kita motivasi dalam mencari ilmu dan menghadapi kehidupan. UNSUR INTERINSIK: 1. Tema Pendidikan dan gaya hidup. Dapat dilihat dari momen dan insiden pesantren yang terdapat dalam cerita. 2. Plot/Alur Alurnya adalah Maju mundur. Yakni kilas balik masa silam ketika menimba ilmu di Pondok pesantren Madani. Disini si tokoh utama yakni Alif juga sangat mendominan dengan lingkungan tempatnya yaitu Pondok Pesantren Madani 3. Tokoh dan Penokohan - Alif (Tokoh utama) yakni tokoh protagonist. Sebagai tokoh utama terlihat dari karakternya dalam cerita sebagai tokoh yang penuh semangat dan motivasi dalam menempuh pendidikan. - Baso yakni tokoh protagonis, adalah teman dari Alif yang sangat rajin dalam berpendidikan. - Said, yakni adalah tokoh protagonis sesama teman alif. - Dulmajid, yakni tokoh protagonis juga teman alif. - Atang, yakni tokoh protagonis juga sebagai teman alif yang sangat baik. - Ustadz Salman, yakni tokoh protagonis, sebagai wali kelas alif. - Ayah, sebagai tokoh protagonis yang amat baik dan penyayang juga sabar. 4. Latar Tempat Antara lain : Pondok madani (pesantren, tempat menuntut ilmu) Latar sosialnya adalah seorang pelajar yang menuntut ilmu dengan keadaan yang mencengankan demi menggapai impian. 5. Sudut Pandang Sudut pandang yang dipakai adalah penulis orang pertama, karena tokoh utama selalu menyebut dirinya “AKU”. Meski fiksi atau non fiksi sangat terlihat jika si penulis seperti meresapi apa-apa yang juga pernah ataupun terlistas dalam benak pemikiran si penulis. 6. Gaya Bahasa Bahasanya cukup lugas, hingga cukup memikat. Mudah dimengerti dan cukup inspiratif. Dalam momennya selalu ada makna yang berisi untuk dijadikan pelajaran ataupun hikmah. 7. Amanat Hidup ini penuh tanda tanya, diantara benar atau salah. Jika demi menggapai cita-cita, maka lakukanlah dengan niat apapun hal dan caranya bagaimanapun rintangan dan halangannya. Jika niat kita pasti bisa. Jangan mudah patah menyerah meski rintangan menghadang. UNSUR EKSTERINSIK : 1. Nilai Agama Dalam ceritanya, terdapat panggalan yang mengisahkan tentang segelumit kehidupan di lingkungan Pesantren yang mengajarkan Nilai Agama dan Moral. Dalam kutipan Man Jadda Wa Jadda yang artinya apabila bersungguh-sungguh maka akan tergapai cita-cita. Hal ini menunjukkan bahwasannya kalimat Agama juga dapat dijadikan suatu motivasi terlebih lagi itu adalah kalimat Suci Umat Islam. 2. Nilai Moral Tata cara kehidupan pesantren yang mengandung nilai moral tersendiri dalam menata tata cara hidup yang disiplin di iringi tuntutan cita-cita dalam menuntut ilmu pendidikan Islam. http://jefryhariadi.blogspot.com/

0 komentar:

Posting Komentar